Friday 21 September 2007

Proses De-schooling

" Bu Nina gimana perkembangan Asma setelah homeschooling", tanya Bu Yayah.
" Alhamdulillah Asma kelihatanya bahagia sekali, sekarang dia lebih rileks, jarang marah-marah lagi." Bu Nina menjawab. " Tapi bu Yayah dari semenjak keluar sekolah dua bulan yang lalu sampai sekarang Asma sama sekali belum pernah buka buku matematikanya."
" Sama bu, Tiara juga sekarang gak stress lagi dulu setiap pulang sekolah pasti banting pintu. Sekarang tiara jadi lebih sabar dan sayang sama adiknya. Cuma masalahnya dia nggak mau kalau disuruh buka-buka lagi buku pelajarannya." kata bu Ike menambahkan obrolan seru para ibu-ibu Berkemas yang sedang sharing pengalaman homeschooling selepas anak memutuskan keluar dari sekolah.

Berdasarkan pengalaman beberapa ibu yang menjalankan homeschooling setelah anak mereka menjadi murid sekolah beberapa tahun ada beberapa kesamaan yg dirasakan. Kesamaan yang paling menonjol adalah anak merasa lebih bahagia tapi sekaligus menjadi tidak bersemangat ketika diharuskan membuka buku pelajaran lagi.Beberapa orang tua kemudian merasa khawatir dan mulai berpikir pakah keputusan untuk meng HS anak merupakan keputusan yang tepat? Atau HS malah membuat anak jadi malas belajar sehingga menjadi preseden buruk bagi masa depan si anak kedepan?

Para orang tua sebaiknya tidak usah khawatir, merupakan hal yang wajar jika anak merasa ingin bersantai sejenak melepaskan ketengangan mereka selama sekolah. Sejenak melepaskan diri dari tekanan-tekanan menghadapi ujian. Anak paling tidak senang diuji sama halnya dengan para orang tua. Dengan memutuskan homeschooling bukan berarti kita memindahkan tekanan sekolah masuk kedalam rumah. Biarkan anak melakukan berbagai kegiatan yang diminatinya. Membuat karya seni atau proyek, membaca buku yang selama ini tidak sempat dia baca karena waktunya habis untuk mengerjakan PR atau melakukan kegiatan olah raga favoritnya. Jauh dari buku teks bukan berarti tidak ada pelajaran yang bisa diambil karena sesungguhnya ilmu Allah itu luas sekali.

Ajak anak untuk mengulang pelajarannya disekolah dengan mempraktekkannya langsung kedalam kehidupan nyata seperti anak yang sedang mempelajari tabel perkalian bisa diajak untuk membuat kue kering. Sambil memanggang kue anak bisa diajak untuk menghitung dengan cepat jumlah kue yg ada di loyang dengan menggunakan tabel perkalian. Sehingga mereka paham semua ilmunya yang selama ini hanya tercetak itu sebenarnya bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika anak sedang tidak berminat membaca, orang tua bisa membacakan untuk mereka. Anak yang sudah bisa membaca juga akan senang kalau orangtua mau membacakan buku untuk mereka apalagi sambil disertai pelukan dan obrolan hangat sewaktu membaca.Orang tua bisa juga mengambil alih membaca buku teks anak sehingga orang tua tahu kegiatan apa yg bisa dilakukan yang bisa mencakup materi dalam buku teks.

Lepaskan anak-anak, biarkan mereka benar-benar merasa terbebas dari belajar berdasarkan tekanan atau ujian. Biarkan setiap anak yang baru homeschooling untuk menjalani proses de-schooling proses dimana si anak melepaskan diri dari sekolah, dari buku teks, dari ujian, dari PR, dari keharusan mempelajari sesuatu yang sedang tidak mereka ingin pelajari. Tidak usah terburu-buru memaksa mereka untuk melanjutkan pelajaran seperti yang disekolah. Nikmati proses de-schooling sampai menunggu kesiapan anak untuk melanjutkan proses akademiknya. Yakinlah bahwa setiap manusia pada dasarnya mempunyai rasa ingin tahu. Bantu anak untuk mendapatkan motivasinya dalam belajar. Tumbuhkan kesadaran bahwa mereka belajar karena mereka ingin mengetahuinya bukan karena mereka akan menghadapi ujian. Anak homeschooling tidak perlu terlalu stress menghadapi ujian karena pada umumnya ujian hanya akan dijalani pada akhir masa pendidikan dasar, kemudian akhir pendidikan menengah dan akhir masa pendidikan lanjutan.

No comments: